Sabtu, 07 Februari 2009

APA PENYEBAB TURUNYA HUJAN ?



APA PENYEBAB TURUNYA HUJAN ?

Udara keringan enyerap uao air ketika mereka melalui perairan, dengan udara hangat memungkinkan untuk menyerap lebih uap air dari pada udara dingan. Ketika udara basah naik, suhunya turun dan jika pendingin cukup, uap air akan berkondensasi untuk membentuk butiran awan. Jika butiran bertubrukan satu sama lain dan menyatu hingga cukup besar untuk jatuh kebumi sebagai butiran hujan. Di lain hal, butiran es yang terbentuk pada awan pada ketinggian tertinggi diawan dapat jatuh, mencair sebelum mereka mencapai tanah.

Untuk pembentukan hujan, suatu masa harus mempunyai cukup uap air dan naik pada ketinggian yang memungkainkan untuk berkondensasi. Sebagian dari gambaran umum dari proses udara naik terkait, sebagai contoh adalah front (bidang antar pemisah dari dua karakter masa udara hangat dan udara dingan ) dan depresi (kawasan tekanan rendah), suatu masa udara dapat naik bila:

  • Konveksi—pemanasan oleh permukaan yang panas
  • Pertemuan angin --- pertemuan dua masa udara yang berlawanan
  • Naik orogrfik--- oleh pegunungan, garis pantai.

Bila masa udara tidak stabil ia kan menginduksi panasatau arus konveksi membentuk hujan mendadak artau awan badai; Jika stabil, ia memebentuk awan tipis yang lebih luas jenis stratus dan hujan gerimis.


SISTEM PEMICU TURUNYA HUJAN

Seluruh bentuk cura hujan yang turun di indonesia berasal kondisi badai guntur atau awan tipe konvektif yang mempunyai kegiatan hanya dalam beberapa jam dan pada kawasan sekitar area dengan diameter 10 Km. Meskipun terjadi hajan lebat yang menyebar luas, kondisi badai guntur termasuk dalam sistem cuaca kawan tropis dengan skala yang besar. Jenis dan bentuk yang masuk kategori ini adalah :

  • Konvektif Skala Meso yang Kompleks (KSMK)
  • Garis skual tropis
  • Peredaran maden—julian (PMJ)

Badai tropis atau siklan tropis termasuk pula dalm kategori ini :



Konvektif Skala Meso yang Kompleks

Dalam suatu badai guntur tungga, curah hujan lebat, hujan lebat terkonsetras dekat pusat dari kawasan arus keatas di awan sementara suatu kondisi tipis dari tipe staratus atau lapisn awan dari ekor / anvil awan badai guntur yang terbentuk di puncak awan yang tinggi.

Jika landasan dari awan badai gutur tunggal mengumpul bersama, mereka dapat membentuk suatu kenvektif skala meso yang kompleks (KSMK) yang mmungkin mencapai garis tengah 500 Km atau lebih dengan waktu kegitannya sekitas sehari.

Gambar

Konvektif skala meso yang kompleks sering berkembang sebagai kaibat dari gelombang kuat dari arus angai dari daerah lintang tinggi . Jenis gelombang yang penting dalam peralihan sekitar November – desember berlangsung di lautan cina selatan. Udara dingin dan kering dari darata cina mengalir ke ekuator memicu kawasan konveksi yang meluas dan menghasilkan suatu KSMK diselatan kawasan ekuator sekitar p. Sumara dan bagian selatan P. Kalimantan .

Selama musim hujan, gelombang dingin atau lonjakan awaa hujan terlokalisir di kawasan angin pasat belahan bumi selatan yang dapat juga membentuk KSMK diseluruh wilayah indonesia . Salah satu kawasan yang sering menjadi contoh kejadian unttuk gelombang belahan selatan berada sepanjang pantai barat Austrlia.



Garis Skual Tropis

Adalah suatu bentuk dari konvektif skala meso yang kompleks dimana terdapat kawasan badai guntur aktif yang terbentuk sebagai kawasan yang sempit mirip garis yang dapat memanjang beberapa ratus kilometer panjangnya. Garis skual tropis bergerak baik dalam arah timur atau barat, mencapai beberapa ratus killometer dalam satu hari. Sering terjadi angin dingai yang kuat didepan garis skual , kemudiann angai kencang dan hujan lebat berlangsung saat dia berlalu. Hujan mungkian berkelanjutan turun untuk beberapa jam setelah garis skal berlal, berkaitan dengan kegiatan ekpr awan skla meso. Hujan ini mungkin lebih lebat daripada yang terjadi didalam garis itu sendiri.

Peredaran Madden – Julian (PMJ)

Sering disebut sebagai gelombang 40-50 hari, predaran Madden- Julian dapat dianggap sebagai pita skala luas dari suatu gangguan cuaca yang mulai muncul diatas perairan samudra Hindia dan bergerak ketimur 10 derajat lintang utara – 10 derajat lintang lintang selatan. Kaasan ini ditandai dengan kenaikan kegitan konveksi yang dapat mencapai 3000 Km panjangnya dari sumatra hinga Irian Jaya . Jika atmosfer cukup basah dan tidak stabil kegitan fase dari PMJ memberi peningkatan hujan di kawasan selama dua hingga beberapa mingu. Ia kemudian bergerak ketimur hingga S. Pasifik bagian tengah yang umumnya menghilang dan kondisi ini sering diikuti oleh suatu daerah yang serupa dari udara teduh dengan penurunan curah hujan. Sering siklus mengulang dengan sendirinya yang selanjutnya dinamakan ‘osilasi’. Penggunaan yang cukup potensial PMJ untuk memprkairakan curah hujan dalam 2-3 minggu sedang dalam pengkajian, tetapi waktu kejadiaanya tidak menentu. Mereka juga memicu awal monsun diatas wilayah indonesia. Sebagai ledakan angin baratan mereka menggiatkan perkembanhag El Nino dengan pehurunan kekuatan angin pasat tenggara dan juga mengurangi kawasan air laut naik



Siklon Tropis

Palung monsun dan kawasan ITCZ daerah awan-awan jenis CB dan hujan lebat . Banyaknya energi panas laten yang dilapaskan saat uap air berkondensasi kedalam butiran air , panas ini menyebabjkan udara naik semakin jauh, dan tekanan permukaan turun. Udara mengalir masuk kedalam kawasan yang udranya naik, tetapi dibelokan dalam pembentukan pusaran dari sil tekanan rendah oleh gaya coriolis.Jika suhu laut cukup tinggi (diatas 28 derajd celcius) untuk menjaga udara baru cukup basa yang kemudai bereaksi memutar sebagai cincin. Sistem kemudian menguat , pusaran bertmbah kuat lahirlah suatu siklon tropis.

Suatu siklon tropis mungkin memanjang hingga 1000 Km panjangnya, menghasilakn gaya angin badai dan pita awan yang memutar atau garis kawasan badai guntur dan hujan deras. Pada pusat matanya adalah suatu kondisi yang tenang dan teduh, tanpa awan sebagai pusat matanya. Sekelilingnya terdiri dari awan-awan dengan kecepatan angin yang ekstrim sering mencapai lebih dari 100 Km/jam pada daerah 30-40 Km panjangnya.

Untuk membentuk siklon tropis dibutuhkan laut hangat dan gaya corioli untuk memicu suatu pusar udara. Karena gaya coriolis sangat kicil dalam wilayah 7 derajad baik selatan dan utara dari ekuator, siklon tidak terbentuk didalam wilayah ekuatorial Indonesia, mereka berkambang keutara selama bulan Juli hingga Oktober dan keselatan dari bulan Desember hingga maret .

Peredaran udara sekitar badai sering mempengaruhi cuaca indonesia tetapi siklon



pengaruh lokal

Pengaruh lokal dapat bertindak sebagai penyebab terjadinya cuaca. Mereka merubah pola skala luas dari iklim khususnya pada pulau dan kepulaun denga kondisi berpegunungan mencapai diatas 3000M. Mereka menyebabkan berbagai varisi hujan pads berbagai kawasan khususnya antara sisi dari suatu pulau dan yang sisi lainnya dan membentuk berbagai beda ruang yang terlihat dalam prakiraan variabilitas hujan pada suatu musim.

Udara naik orografis

Udara basah yang naik ktika ia melalui gugsan gunung membentuk daerah hujan mendadak (bila tidak stabil). Hujan lebat sering terjadi di kawasan pantai dengan pegunungan yang tingg, terjal dan dekat dengan pantai.

Suatu kawasan kering bayangan hujan sering terjadi dibalik gugusan kawasan pegunungan.Angin yang bertiup turun di balik gunung yang cukup tinggai menjadi hangat dari pada angin pada ketinggian oada sisi hadapan angin .

Banyaknya hujan selama bulan- bulan monsun terganting dari antara lain:

· Variasi harian dari hujan yang turun pada berbagai kawasan

· Curah hujan bertmabah nyata dengan naiknya ketinggian pada ketinggian tertentu

· Banyaknya ketersedian uap air di udara

· Suhu laut di sekelilingnya

· Ketika palung monsun giat dan berpindah,

· Banyaknya dan lamanya periode kering ‘istirahat’

Jumat, 06 Februari 2009

ALAT-ALAT METEOROLOGI MARITIM

1. Hand Anemometer ( anemometer tangkai )
Alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin

2. Hand Anemometer ( Siap )
Alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin

3. Aneroid Barometer (Barometer Aneroid)
Alat untuk mengukur tekanan udara

4. Whiiling Psychrometer ( Psychrometer Putar )
Alat untuk mengukur suhu udara dan kelembaban udara

STASIUN PENGAMATAN CUACA DI LAUT
1. Surpace Synotic Sea Station
Merupakan Stasiun pengamatan cuaca dilaut ang terdiri dari :

1.1 MOBIL SHIP STATION
a. Selected ship Station
b. Supplementary Ship Station
c. Auxilary Ship Station

1.2 FIXED SHIP STTION
a. Light ship Station
b. Ocean Weaher Station

2. Upper Air Synoptic Sea Station
a. Rawin Sonde Station
b. Radio Sonde Station
c. Radio Wind Station
d. Pilot Ballon Station

1. Surpace Synotic Sea Station
Merupakan Stasiun Pengamatan Cuaca di permukaan laut

1.1 MOBIL SHIP STATION ialah Stasiun Meteorologi yang berada diatas kapal-kapal yang sedang bergerak, baik kapal-kapal Niaga maupun kapal-kapal Riset. Karena itulah dalam setiap laporannya selalu disebutkan posisi kapal, arah serta kecepatan kapal bergerak.
a. Selected ship Station adalah kapal yang diperlengkapi dengan peralatan meteorologi yang telah memiliki sertifikat yang membuat dan mengirimkn dta cuaca secara penuh dengan unsur-nsur sebagai berikut :
- Arah dan kecepatan angin permukaan
- Tekanan udara, tendensi dan kaakteristik tekanan

- Suhu udara
- Kelembaban dan titik embun
- Suhu permukaan air laut
- Gelombang ( arah, tinggi dan periode )
- Penglihatan mendatar
- Keadaan Cuaca sekarang dan yang lalu
- Awan (jumlah, jenis, dan tinggi dasar awan)
- Arah dan kecepatan gerakan kapal
- Es dilaut
b. Supplementary Ship Station adalah kapal yang sebagian terbatas peralatan
pengamatan meteorologinya, bersertifikat, yang membuat dan mengirimkan data
cuaca secara singkat.
c. Auxilary Ship Station adalah kapal-kapal yang peralatan meteorologinya sangat
sederhana dan belum bersertifikat.
2. Upper Air Synoptic Sea Station ialah Stasiun pengamatan udara lapisan atas dilautan.

1.2 FIXED SHIP STATION ialah Stasiun Pengamatan Cuaca dilaut yang berada diatas kapal yang telah dilengkapi dengan alat meteorologi dan tenaga yang cukup khusus untuk mengadakan pengamatan cuaca serta melaporkan berita cuaca untuk keperluan pertukaran data internasional, biasanya stasiun semacam ini didukung oleh beberapa negara dengan cara mengirimkan kapal secara bergiliran untuk mengadakan pengamatan cuaca pada posisi yang telah ditentukan.
a. Light ship Station adalah Stasiun pengamatan cuaca dilaut yang berada diatas kapal kecil ( semacam kapal pandu)

3. Jam-jam Observasi dan Pengiriman
Pengamatan cuaca dari stasiun meteo di darat umumnya dilakukan setiap jam secara terus menerus dari jam 00.00 UTC sampai 23.00 UTC. Pengamatan Cuaca di laut (diatas kapal) biasanya dilakukan pada setiap 6 jam sekali yaitu pada jam-jam 00.00 UTC, 06.00UTC, 12.00 UTC dan 18.00 UTC jam-jam di mana dilakukan Pengamatan Cuaca dinamakan jam Synop ( Synoptic Hour )
Jam Synop 00.00 UTC, 06.00UTC, 12.00 UTC dan 18.00 UTC dinamakan Main Standar Time sedangkan jam Pengamatan 03.00 UTC, 09.00UTC, 15.00 UTC dan 21.00 UTC Intermediate Standar Time ( Standar Penting )
3.1 Pembacaan tekaan udara dilakukan tepat pada jam Standar Time jadi pembacaan
pada Barometer dilakukan setelah semua element selesai dicatat.
3.2 Pencatatan elemen-elemen lainnya dilakukan dalam periode 10 menit sebelum jam
Standar (jam-jam ynoptic).
3.3 Mobil Ship Station harus membuat pengamatan dan melaporkan berita pada Main
Standar Time ( empat hari sekali )
3.4 Apabila keadaan di kapal memungkinkan membuat peramatan lebih dari 4 kali, maka
pengamatan tambahan harus dibuat pada jam Intrmediate Standar Time 03.00 UTC,
09.00UTC, 15.00 UTC dan 21.00 UTC Intermediate Standar Time.
3.5 Dalam keadaan cuaca buruk (Storm) berita-berita cuaca harus dibuat dan dilaporkan
lebih sering dari pada main standar time.
3.6 apabila kapal mempunyai keadaan cuaca buruk yang sangat mendadak, maka
pengamatan cuaca dan laporan berita cuaca harus segera dikirim tanpa terikat akan
jam-jam main standar time.
3.7 Apabila karena kesulitan teknis tidak memungkinkan kapal mengadakan pengamatan
pada Main Standar Time maka jam-jam pengamatan actual harus sedekat mungkin d
engan Main Standar Time. Misalnya main standar time 00.00 utc ialah 23.00 utc atau
01.00 utc.
3.8 Apabila dalam keadaan tertentu pengamatan cuaca/ berita cuaca pada main standar
time (00.00 UTC, 06.00UTC, 12.00 UTC dan 18.00 UTC ) tidak dapat dikirim pada
waktunya maka pengiriman berita-berita tersebut dapat di tunda dalam waktu 4 jam
sesudah Main Standar Time.


PENGAMATAN METEOROLOGI DILAUT SECARA INSTRUMENTAL

1. Tekanan Udara
Alat yang umum dipergunakan untuk pengukuran tekanan udara diatas permukaan
laut ialah Kew Marine Barometer dan Aneroid Barometer ( yang sering digunakan
Precision Aneroid Barometer)

2. Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Alat yang umum dipergunakan untuk pengukuran Suhu Udara dan Kelembaban
Udara ialah
a. Screen Dry Bulb dan Wet Bulb Thermometer
b. Aspirated Psychrometer dan Whirling Pshychrometer
3. Suhu Air Laut
Alat yang umum dipergunakan untuk pengukuran suhu aira laut ialah
c. Bucket Methode
d. Bucket Thermometer
4. Radiasi Matahari
Cara pengukurannya seperti halnya pengukuran di stasiun darat hanya untuk
menghindari guncangan kapal maka alat dipasang dengan sistim gimbal.
5. Angin
Pengukuran angin baik didarat maupun dilaut (diatas kapal) dapat dilakukan baik
secara instrumental maupun non instrumental. Jika pengukuran secara instrumental
maka alat yang dipergunakan ialah Anemometer.

Karena pengaruh arah dan kecepatan kapal maka angin yang terbaca pada Anemometer bukan angin yang sesungguhnya (True Wind) tetapi angin sebagai akibat pergerakan kapal. Angin yang demikian ini disebut Apparent Wind.
Jadi untuk mencari angin yang sesungguhnya (True Wind) perlu diperhitungkan arah haluan dan kecepatan kapal.
5.1 Estimasi Angin
Apabila diatas kapal tidak dipergunakan alat Pengukur angin (Anemometer)
maka arah kecepatan angin dapat di estimasikan secara visual dengan memperhatikan
keadaan permukaan laut (State Of Sea) apabila kapal dalam keadaan berhenti arah angin dapat diperkirakan dengan memperhatikan arah berkibarnya bendera atau asap kapal. Jika kapal sedang dalam keadaan berlayar maka arah angin di estiasikan arah dari mana datangnya gelombang atau buih-buih dipermukaan laut yang disebabkan oleh angin. Arah yang didapatkan dilaporkan sebagai arah angin yang sesungguhnya (True Wind). Pada waktu malam apabila apabila keadaan permukaan laut sukar dilihat karena kegelapan maka arah angin di estimasikan dengan mempertimbangkan atau memperbandingkan arah haluan kapal dengan arah angin yang dirasakan oleh tubuh atau muka observer. Apabila observer berada di dek kapal. Demikian juga kecepatan angin di estiasikan dengan memperhatikan keadaan permukaan laut. Untuk keperluan ini dipergunakan Skala Beaufort ( Beaufort Skala).
Skala Beaufort sangat baik apabila dipergunakan untuk pengamatan gelombang di laut terbuka (Open Sea) serta harus menjadi pertimbangan bahwa angin telah cukup lama bertiup sehingga angin sudah cukup energi untuk menimbulkan gelombang diperairan yang tertutup atau dekat pantai(Shallow) serta angin bertiup dari daratan maka gelombang yang ditimbulkan oleh angin akan lebih kecil